Dalam ajaran Islam, taat kepada penguasa adalah salah satu prinsip yang sangat ditekankan. Hal ini bukan hanya untuk menjaga stabilitas sosial, tetapi juga untuk memastikan bahwa kemaslahatan umat tetap terjaga. Namun, dalam ketaatan ini terdapat batasan-batasan yang harus dipahami oleh setiap Muslim. Artikel ini akan membahas prinsip dasar dan batasan taat kepada penguasa dalam Islam.
1. Prinsip Dasar Taat kepada Penguasa
Taat kepada penguasa adalah bagian dari prinsip Ahlus Sunnah, yang meyakini bahwa kemaslahatan umat lebih terjaga ketika ada seorang pemimpin yang diikuti. Imam Ahmad rahimahullah menyatakan, “Yadullahi ‘alal jama’ah,” yang berarti bahwa pertolongan Allah akan senantiasa bersama jama’ah yang bersatu di bawah pemimpin Muslim. Ini menunjukkan betapa pentingnya ketaatan kepada penguasa dalam menjaga persatuan dan mendatangkan pertolongan Allah.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan Al Bahili radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat yang berharga saat haji wada’:
“Bertakwalah pada Allah Rabb kalian, laksanakanlah shalat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat dari harta kalian, taatilah penguasa yang mengatur urusan kalian, maka kalian akan memasuki surga Rabb kalian.” (HR. Tirmidzi no. 616 dan Ahmad 5:262).
Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa ketaatan kepada penguasa merupakan bagian dari takwa, yang merupakan jalan menuju surga.
2. Batasan Ketaatan: Ketaatan dalam Perkara Ma’ruf
Meskipun Islam sangat menekankan pentingnya taat kepada penguasa, hal ini tidak bersifat mutlak. Ketaatan hanya diwajibkan dalam perkara yang ma’ruf, yaitu perkara yang sesuai dengan syariat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam hal ini, seorang Muslim tidak boleh taat kepada penguasa jika perintah tersebut bertentangan dengan ajaran agama atau mengarah kepada kemaksiatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma’ruf.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa ketaatan kepada penguasa harus dibatasi oleh ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
3. Ketaatan Sebagai Jalan Menuju Surga
Ketaatan kepada penguasa dalam perkara yang ma’ruf dianggap sebagai bagian dari takwa, dan takwa adalah syarat masuk surga. Dengan mentaati penguasa yang memerintah dengan adil dan sesuai dengan syariat, seorang Muslim menunjukkan ketakwaannya kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang disebutkan di atas, takwa meliputi amalan-amalan seperti shalat, puasa, zakat, dan ketaatan kepada penguasa yang dapat membawa seorang Muslim menuju surga.
4. Istiqomah di Dunia, Keselamatan di Akhirat
Istiqomah dalam ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, termasuk dalam hal ini adalah ketaatan kepada penguasa yang adil, adalah kunci keselamatan di akhirat. Dengan menjaga ketaatan ini, seorang Muslim dapat berharap mendapatkan perlindungan dan rahmat Allah di dunia dan akhirat. Ketaatan yang dilakukan dengan ikhlas dan konsisten akan mendatangkan kemuliaan dan keselamatan di sisi Allah.
Kesimpulan
Taat kepada penguasa dalam Islam adalah prinsip yang penting untuk menjaga persatuan dan kemaslahatan umat. Namun, ketaatan ini harus selalu berada dalam koridor yang ma’ruf, yaitu sesuai dengan ajaran Islam. Dengan memahami prinsip dan batasan ini, seorang Muslim dapat menjalankan ketaatan yang benar, yang tidak hanya mendatangkan kemaslahatan di dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju keselamatan di akhirat. Semoga kita semua diberikan taufik untuk selalu taat kepada Allah, rasul-Nya, dan penguasa yang adil.
Sumber : Taat pada Penguasa, Jalan Menuju Surga
Baca Artikel Lainnya : 4 Cara Menghormati Lambang-Lambang Negara
Informasi Seputar Rumah Syariah di Jabodetabek, Silahkan Hubungi CS kami!
Muslim Properti
“Hunian Baik Untuk Keluarga Muslim”
Follow media sosial Kami untuk mendapatkan info terupdate seputar rumah syariah di Jabodetabek :
Instagram :
muslimproperti.id
Youtube :
muslimproperti id